Friday, March 29, 2013

No Rice No Pain

One Day No RiceOne Day No Rice by Nur Mahmudi Ismail
My rating: 3 of 5 stars



"Kalau belum makan nasi, ya belum makan," begitu biasanya teman-temanku berkata, padahal sudah makan mi ayam, roti, singkong, ubi, gorengan, cemilan, dan lain sebagainya.

Heh?

Buatku yang bisa kenyang dengan salah satu makanan lain itu, logika itu tidak bisa diterima. Memangnya yang dari tadi masuk perut tuh bukan makanan? Ganjal doang sebelum ketemu nasi?

Nggak bisa hidup tanpa nasi? Yang beneeer? Coba dulu deh. Eksperimen dulu. Apa iya kalau hidup di suatu tempat yang penuh bahan makanan lain tapi tidak ada nasi lantas bakal mati kelaparan?

Buatku yang bisa "One Day No Rice" malah bisa One Week No Rice atau One Month No Rice sekalian, asal asupan karbohidrat sudah tercukupi oleh bahan makanan lain, kalimat sakti orang Indonesia pada umumnya itu absurd banget.

One Day No Rice itu gampang.
Alah bisa karena biasa.

N.B.
Entah kenapa bisa nggak sengaja beli buku ini waktu melipir ke bagian Kebudayaan di toko buku. Buku ini terlalu tipis untuk harga yang dibandrol. Mungkin karena judulnya, yang membuatku berpikir "Biasa aja, kali", meskipun kenyataannya banyak orang menentang kebijakan "ODNR" karena dianggap pelanggaran hak asasi manusia Indonesia untuk makan nasi.

Ya sudahlah, anggap saja membantu program pemerintah daerah Depok untuk mengurangi impor beras :)
Sedangkan untuk impor daging sapi... no comment ah!

View all my reviews

Thursday, March 21, 2013

Lupa: Efek Modernisme

Moonwalking with Einstein: Rahasia Memiliki Ingatan SuperMoonwalking with Einstein: Rahasia Memiliki Ingatan Super by Joshua Foer
My rating: 4 of 5 stars



Buku ini memberi kesan mendalam bagiku, yang sudah terlalu mengandalkan eksternal memori sepanjang hidup. Seberapa banyak buku yang kubaca, tidak ada satu pun yang dapat kukutip kata demi kata ataupun halaman demi halaman meskipun belum lewat sehari. Bahkan kesan dan pendapat mengenai buku dimaksud perlu ditulis dalam review di goodreads atau blog, sekedar supaya dapat mengingatnya lagi suatu hari nanti!  Demikian pendeknya masa kerja memori internalku! Karena keterbatasan itulah, aku mengoleksi buku, karena meskipun tidak dapat menghafal isinya di luar kepala, aku dapat selalu membaca ulang kapanpun aku mau (atau tepatnya, kapanpun punya waktu luang, hiks).

Yap, inilah kelemahan manusia modern. Semakin banyak informasi yang dapat diperoleh, namun semakin sedikit yang dapat diingat. Memori internal semakin sedikit digunakan, karena kebanyakan orang merasa untuk apa ada buku, agenda, komputer, ponsel, dll, kalau tetap harus repot mengingat jadwal, isi buku, undang-undang, nomor telepon, dll...? :)

Melihat kondisi saat ini, rasanya kita bisa memahami mengapa Raja Mesir Thamus menolak hadiah dari Dewa Theuth, penemu tulisan, yang menawarkan tulisan sebagai "resep untuk memori maupun kebijaksanaan". Karena menurut Thamus, "Apabila orang mempelajarinya, itu akan sama dengan menanamkan kebiasaan lupa ke dalam jiwa mereka."



View all my reviews