Monday, April 22, 2013

What's So Civil 'Bout War Anyway

Civil War Prose NovelCivil War Prose Novel by Stuart Moore
My rating: 5 of 5 stars


Look at your young men fighting
Look at your women crying
Look at your young men dying
The way they've always done before

Look at the hate we're breeding
Look at the fear we're feeding
Look at the lives we're leading
The way we've always done before




Hari Sabtu tanggal 13 April 2013 lalu, aku iseng-iseng mampir ke Periplus Plaza Senayan untuk mencari novel Headhunters-nya Jo Nesbo. Tapi baru saja masuk, mataku langsung menemukan tumpukan buku ini terpajang manis di display buku anak-anak. Sampulnya bernuansa gelap, dengan tulisan judul besar-besar "CIVIL WAR" dan ilustrasi Iron Man dan Captain America, disertai tulisan "MARVEL" berlatar merah di punggung buku. Jantungku berdebar kencang. Aku sudah membaca graphic novel Civil War yang kudownload dari freecomicsdownload.com tapi belum punya aslinya, apakah ini versi tankobon berukuran mungil seperti manga?

Menilik nama penulis di sampulnya, ternyata bukan Mark Millar melainkan Stuart Moore, dan tercantum di atas namanya tulisan imut nyaris tak terbaca: adapted from the graphic novel by Mark Millar and Steve McNiven. Wow! Ini novelisasi dari versi komiknya! Wajib punya!!!
*langsung meluncur ke kasir dan tidak kecewa-kecewa amat waktu dibilang persediaan novel Headhunters sudah ludes tak bersisa*

Novel ini boleh dibilang kubaca Senin-Kamis, maksudnya dari hari Senin sampai hari Kamis, yang berarti makan waktu cukup lama buatku. Bukan karena novelnya tidak menarik sih, sebaliknya malah, tapi karena bacanya disayang-sayang supaya tidak segera tamat. Dan tentu saja, dalam membaca buku ini, di benakku yang tertayang adalah VERSI MOVIE (ngarepbanget.com) dengan casting para aktor/aktris yang sudah wara-wiri di Marvel Cinematic Universe maupun film-film Marvel yang lisensinya dipegang studio lain. Film The Avengers yang hanya mempertemukan empat superhero Marvel plus agen-agen S.H.I.E.L.D. tidak ada apa-apanya dibandingkan megacrossover yang menampilkan pertarungan antar superhero dunia Marvel (minus X-Men) ini!

Lantas, bagaimana novel ini kalau dibandingkan dengan versi komiknya? Sama halnya dengan novelisasi film, pembaca mendapatkan cerita yang lebih lengkap dan melihat dari sudut pandang masing-masing karakter sehingga dapat lebih memahami jalan pikiran dan motivasi atas tindakannya, khususnya dari empat karakter utama yang menonjol di sini: Tony Stark, Steve Rogers, Peter Parker, dan Sue Storm.

Novel Civil War ini boleh dibilang intrepetasi ulang Stuart Moore atas versi komiknya, sehingga meskipun 99% jalan ceritanya sama, boleh dibilang berada di dimensi yang berbeda dari versi komik. Mengapa? Karena berbeda dengan versi komiknya yang terbit sebelum film Iron Man (2008) ada, Stuart Moore berkreasi dengan mengambil referensi dari film-film Marvel atau mengupdate sesuai kondisi sekarang. Misalnya ada reporter Christine Everhart di konferensi pers UU Registrasi Superhero, Peter Parker yang masih bujangan (di versi komik sudah menikah), atau para superhero yang menggunakan twitter untuk menyatakan prinsip, dll.

Di dunia Civil War ini, Bruce Banner sedang menyepi jauh di angkasa luar, Nick Fury tewas dalam menjalankan tugas, dan Thor sudah tiada pada Ragnarok entah di dunia mana. Avengers masih berduka karena kehilangan salah satu anggota terbaiknya, dan Tony Stark berusaha mengajak Peter Parker untuk menjadi anggota tetap Avengers menggantikan posisi Thor. Meskipun tidak pede bisa menggantikan seorang dewa, bagaimana Peter tidak terpikat? Tony memiliki segala yang ia impikan! Ditambah lagi, sebagai sesama ilmuwan (senior dan junior tentunya) mereka bisa berbicara dengan bahasa yang sama. Selain mendapat hadiah kostum canggih dari Tony menggantikan kostum merah-biru yang dijahitnya sendiri, Peter pun mendapat honor besar sebagai anggota Avengers. Wih selamat tinggal masa-masa bokek!

Dan di dunia ini, sudah terlalu banyak “superhero” dan “villain” yang meresahkan warga biasa. Di antaranya terdapat “superhero” dengan akreditasi nyaris tak terdengar. Bagaimana caranya supaya bisa terkenal? Buat reality show sendiri. Itulah yang dilakukan sekelompok superhero remaja “New Warriors”. Dengan show yang sudah memasuki Season 2 tapi ratingnya terus menurun, mereka seakan mendapat rating-booster waktu menemukan tempat persembunyian empat villain yang tercantum dalam daftar FBI Most Wanted. Meskipun tahu level power mereka lebih rendah, demi rating mereka tetap menyerbu. Serbuan itu berbuah maut ketika salah satu target mereka, Nitro, meledakkan diri. Ledakan yang menewaskan delapan ratus lima puluh penduduk di kota Stamford, Connecticut, itulah yang kemudian membangkitkan kemarahan warga biasa terhadap para superhero yang membuat pemerintah Amerika Serikat menetapkan Undang-Undang Registrasi Superhero (SRA).


Dunia superhero pun terbelah, antara pendukung SRA yang dipimpin Iron Man dan penentang SRA yang dipimpin Capt. America. Sebagai pembaca, sungguh sulit memutuskan untuk mendukung pihak mana, karena setiap pihak memiliki alasan dan motivasi yang dapat diterima, tergantung dari sudut pandang mana kita melihatnya.

Bayangkan bila kita hidup di Marvel Universe, sebagai pekerja kantoran biasa yang tak punya kekuatan super apapun. Bagaimana rasanya melihat para superhero berkeliaran dengan bebasnya? Mungkin kehadiran mereka membuat kita merasa aman, apalagi kalau kita merasa polisi dan tentara kurang mampu mengatasi para supervillain apalagi malah sibuk perang antar mereka sendiri. Tapi mungkin juga kehadiran mereka membuat kita was-was dan takut, kalau-kalau pertarungan antara mereka dengan supervillain akan melibatkan kita. Lagi sibuk-sibuknya menyusun konsep kebijakan di kantor, tiba-tiba Hulk menerjang numpang lewat untuk menghancurkan alien di gedung sebelah. Atau lagi enak-enaknya tidur tiba-tiba ketimpa atap yang runtuh, atau menguap tanpa sisa seperti para penduduk Stamford.

Hak manusia biasa itulah yang dilindungi oleh SRA, yang mewajibkan para superhero mendaftarkan diri ke pemerintah dan menjadi... Pegawai Negeri Sipil. Ya, untuk manajemen risiko, superhero yang boleh beraksi hanya yang sudah terdaftar dan punya lisensi dari pemerintah (dan digaji dari uang pajak masyarakat pula!). Sementara superhero yang membangkang dan ogah jadi agen pemerintah dianggap melanggar hukum dan harus ditangkap.

Tony Stark mendukung SRA karena baginya tidak ada pilihan lain untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat kepada superhero setelah tragedi Stamford. Daripada membiarkan seluruh superhero dianggap pelanggar hukum, lebih baik ambil jalan tengah dengan registrasi. Dan demi meminimalkan korban, daripada membiarkan pemerintah/ S.H.I.E.L.D. memburu sendiri para superhero pembangkang, ia memilih untuk bekerja sama dengan catatan ia sendiri yang memimpin perburuan.

Tony memiliki semua sumber daya dan teknologi untuk itu, dan usahanya didukung oleh para superhero/ilmuwan jenius yang setara, seperti Reed Richards dan Hank Pym. Termasuk Peter Parker, yang mengagumi dan mempercayai Tony, sehingga bersedia meregistrasikan diri dan mengungkapkan identitasnya pada konferensi pers SRA (Stuart Moore menghapus adegan J. Jonah Jameson terjungkir dari kursi waktu melihatnya di TV, huh).

Identitas Tony Stark sendiri sudah lama menjadi milik publik, dan hubungan baiknya dengan pemerintah sebagai kontraktor Homeland Security sudah tak usah ditanya lagi. Jadi wajar saja kalau Tony berdiri di pihak pemerintah. Dan mungkin wajar saja mempertanyakan apakah dengan SRA ini Tony malah jadi semakin kaya dengan bertambahnya proyek keamanan pemerintah yang ditanganinya, termasuk membangun “penjara” bagi para supervillain dan superhero pembangkang yang jauh lebih canggih dan super dibandingkan Arkham Asylum.

Sedangkan Captain America yang menentang SRA... yah, menurutku sebenarnya agak aneh sih motivasinya. Soalnya sejauh yang aku tahu (dari versi MCU-nya, karena aku hampir tak pernah baca serial komiknya), sebagai prajurit Cap patuh buta alias just follow orders dari pemerintah, berbeda dengan Tony yang pakai batasan dalam bekerja sama. Okelah, dia trauma dengan fasisme Nazi, dan mempersamakan tekanan terhadap kebebasan bertopeng dan bertindak para superhero sama seperti tekanan Nazi pada kaum minoritas Eropa di zamannya. Apalagi pihak pemerintah menggunakan jargon Mbah Bush “you’re either with us, or against us” dan memenjarakan para superhero tanpa peradilan di Negative Zone-nya Tony dan Reed Richards, sama seperti perlakuan terhadap para “tersangka teroris” yang dijebloskan ke Guantanamo. (Ke mana saja dia waktu War on Terror?!! Eh, sori lupa waktu itu dia masih jadi Capsicle, ya?). Singkat cerita, di mata Cap, Tony Stark dengan segala kecanggihan teknologinya sama zalimnya dengan Hitler, Mussolini dan Stalin diblender jadi satu, musuh yang harus dihabisinya sebelum ia tertidur panjang.

Yang jelas, sudah pasti bagian paling seru dari novel ini adalah perang antar superhero. Perang antara para superhero ilmuwan yang mengandalkan otak dan teknologi dengan superhero jalanan yang mengandalkan otot. Para superhero mutan X-Men sendiri memilih pasif dan mengurung diri di akademi, mungkin mereka sudah cukup trauma dengan perang antarmutan. Cuma Wolverine, yang merangkap anggota Avenger, yang sempat muncul paska bencana Stamford, hanya untuk menyampaikan pesan bahwa X-Men netral dan tak mau terlibat. Sisanya tawuran habis-habisan. Terlalu banyak superhero termasuk yang tidak kukenal di sini untuk dapat disebut satu persatu. Tapi tragedi yang mengguncangkan semua superhero terjadi sewaktu Thor menghancurkan jantung Goliath dengan petirnya. Thor?! Lho, katanya sudah mati? Benar, Thor sudah mati. Tapi Tony , Reed dan Hank berhasil membuat kloningnya, yang memiliki kekuatan persis aslinya tapi hanya berfungsi seperti robot.

Tragedi Goliath membuat peta kekuatan bergeser. Peter yang merasa kecewa Tony memutuskan untuk menyeberang ke pihak Cap, begitu pula anggota Fantastic Four lain meninggalkan Reed Richards. Sue dan Johnny bergabung dengan Cap sementara Ben mengungsi ke luar negeri. Tapi bukan berarti kekuatan pihak Tony berkurang, karena banyak juga superhero dari pihak Cap yang akhirnya mendaftarkan diri, belum lagi para supervillain yang “bertobat” dan dikondisikan menjadi superhero.

Lalu akhirnya, siapa yang menang?



Bukan siapa-siapa. Perang berakhir bukan karena satu pihak berhasil mengalahkan pihak yang lain. Perang berakhir karena Cap akhirnya melihat bahwa perang itu tak ada artinya, bila mereka hanya memperjuangkan kebebasan dan hak asasi diri sendiri tanpa mempedulikan kebebasan dan hak asasi orang lain: para manusia biasa. Perang berakhir karena Cap akhirnya melihat alasan di balik dukungan Tony cs terhadap SRA, dan akhirnya menyerah demi kebaikan bersama. Tidak semua pengikut Cap dapat memahami keputusannya, tentu saja. Sebagian tetap berjuang underground, sebagian lagi memilih pindah negara lain seperti Kanada yang tidak memberlakukan SRA. Tapi sebagian besar superhero, di bawah pimpinan Tony, bergabung dengan program pemerintah yang menempatkan satu tim superhero di masing-masing negara bagian. Tony sendiri mendapat satu pekerjaan baru, menjadi pemimpin S.H.I.E.L.D.

And
I don't need your civil war
It feeds the rich while it buries the poor
Your power hungry sellin' soldiers
In a human grocery store
Ain't that fresh
I don't need your civil war

Look at the shoes your filling
Look at the blood we're spilling
Look at the world we're killing
The way we've always done before
Look in the doubt we've wallowed
Look at the leaders we've followed
Look at the lies we've swallowed
And I don't want to hear no more

My hands are tied
For all I've seen has changed my mind
But still the wars go on as the years go by
With no love of God or human rights
'Cause all these dreams are swept aside
By bloody hands of the hypnotized
Who carry the cross of homicide
And history bears the scars of our civil wars


Marvel’s Civil War
Cast

Tony Stark : Robert Downey Jr.
Steve Rogers / Johnny Storm : Chris Evans (double casting + honor)
Peter Parker : Tobey Maguire (aku lebih suka versi Tobey daripada Andrew Garfield)
Reed Richards : Ioan Gruffudd
Sue Storm : Jessica Alba
Ben Grimm : Michael Chiklis
Clint Barton : Jeremy Renner
Thor : Chris Hemsworth
Matt Murdock : Ben Affleck
Frank Castle : Ray Stevenson (kayaknya lebih pas daripada Thomas Jane dan Dolph Lundgren)
Logan : Hugh Jackman

Director : Joss Whedon

I don't need one more war
Whaz so civil 'bout war anyway


“Civil War” - Guns N’ Roses

View all my reviews

4 comments:

  1. salam kenal, mbak Indah. duh, saya buta banget sama komik Marvell walau semua orang baca, kecuali saya. gara-gara review ini, saya malah jadi tertarik baca. gawat!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Welcome to our world!

      *lagi baca komik2 Marvel sambil nunggu Iron Man 3 tayang di bioskop*

      Delete
  2. WOW....ternyata bukan perang saudara Amerika hahaha...
    Asyik juga

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ih, kata siapa bukan... memang perang saudara Amerika kok.

      Perang antar superhero Amerika, maksutnya.
      Gundala Putra Petir nggak ikutan kok.

      Delete