Wednesday, December 25, 2013

Waspada Sebelum Celaka

Hati-hati, yaaa!: Kumpulan kisah inspiratif yang akan menyelamatkan andaHati-hati, yaaa!: Kumpulan kisah inspiratif yang akan menyelamatkan anda by El Syifa
My rating: 3 of 5 stars

Waktu buku ini baru terbit dan dipajang di display New Arrival Gramedia Plangi, sempat kupegang-pegang, kumasukin tas belanja, sebelum akhirnya kubalikin lagi ke display, karena belanjaan sudah banyak dan harus ada buku yang disisihkan demi keselamatan dompet.

Waktu IRF 2013 kemarin, aku menemukan buku ini di "display" bookswap, dan tanpa pikir panjang kutukar dengan buku yang ingin kusisihkan dari koleksi. Siapapun yang sudah menaruhnya di display waktu itu, terima kasih ya...

Mengapa aku tertarik untuk membaca buku ini? Selain covernya yang lucu dan unik, jelas karena aku sekarang hidup dan mencari nafkah di Jakarta, yang katanya lebih kejam dari ibu tiri (tidak semua ibu tiri kejam, tapi pasti maksud analogi di sini ibu tiri ala Cinderella atau Arie Hanggara #perludibahas).

Buku ini merupakan kumpulan kisah pengalaman para korban, calon korban, atau teman dari korban/calon korban kejahatan. Para pelaku atau tersangka penjahatnya menggunakan berbagai modus, baik pakai taktik lama maupun taktik baru dan kreatif. Memang iya, sih, di jaman sulit ini untuk mencari duit harus kreatif dan inovatif, tapi kalau untuk mengambil rezeki yang bukan haknya sih namanya menyalahgunakan akal yang seyogyanya digunakan untuk kemaslahatan umat (ceramah pagi-pagi).

Kisah-kisah yang diceritakan beraneka ragam, dari ibu hamil bersepeda motor yang dipepet motor lain pada malam hari di jalan sepi, copet ganteng ala Nicholas Saputra yang menggoda iman, joki 3-in-1 gadungan yang memeras sekaligus merampok, gendam di supermarket, angkot kosong yang bikin parno, dll. Tak lupa diberikan tips dan tricks untuk waspada terhadap kejahatan serupa.

Sebagai warga pendatang ber-KTP daerah yang sudah hidup di Jakarta selama 6 1/2 tahun, apakah aku imun dari sisi gelap Jakarta ini? Tentu saja tidak.

Begitu aku pindah ke Jakarta dan baru tiga hari ngekos di Bendungan Hilir, kosanku sudah dibobol maling, dan aku kehilangan sebuah kamera digital. Itu pun sepertinya perbuatan orang dalam, karena kamar-kamar kos yang jadi TKP tetap terkunci sempurna. Bulan depannya aku langsung cabut ke kosan lain, yang meskipun level kenyamanannya lebih rendah tapi keamanannya lebih terjaga (bergabung dengan pemilik kos, dan ada taman bacaannya, lagi! :P).

Naik bus kota dan ketemu preman yang mengaku baru keluar penjara dan meminta penumpang menyisihkan rezeki supaya mereka tidak kembali ke jalan yang salah? Aku jarang naik bus kecuali kepepet, tapi yang seperti ini kerap terjadi. Tapi biasanya aku tipe penumpang pelit yang ogah menyisihkan rezeki kepada mereka yang cuma ngomong doang. Beda cerita kalau mereka ngamen, minimal ada usaha sedikit lah, apalagi kalau tidak sampai merusak telinga.

Dibuntuti orang mencurigakan saat di jembatan penyeberangan? Yang kurasakan sih dua kali di jembatan penyeberangan Benhil. Aku bisa ngeh karena ristleting ranselku cukup susah dibuka, sehingga si pelaku harus berusaha sedikit-sedikit membukanya. Pas aku berhenti berjalan dan memperbaiki ristleting yang sudah setengah terbuka, si pelaku paling tetap berlalu sambil pasang muka polos, atau malah cengegesan bikin sebel. Untung saja tidak ada barang berharga yang hilang.

Tapi secara umum, karena aku memilih ngekos di belakang kantor, aku belum merasakan susah dan bahayanya jalanan/transportasi ibukota. Jalan kaki dari kosan ke kantor cuma lima menit, pulang kantor jam 10 atau 11 malam pun masih merasa pede dan aman-aman saja. Memang sih ada saja cerita dari teman yang dijambret ketika sedang jalan kaki atau malah ketika sedang sibuk membuka kunci gembok kosan (itu pun kejadian pagi atau sore hari!), tapi alhamdulilah sampai saat ini belum pernah kualami.

Transportasi umum juga cuma kugunakan di akhir pekan. Bus, angkot dan ojek baru kunaiki kalau kepepet alias tidak ada pilihan lain. Aku lebih sering naik transjakarta, karena dijamin tidak bakal tersesat, apalagi sekarang cukup nyaman karena untuk wanita disediakan wilayah khusus. Tapi aku lebih sering lagi naik taksi saja, terutama kalau barang bawaan banyak (biasanya sih gara-gara obralan atau pameran buku). Kalau tidak terpaksa-terpaksa banget, pastinya armada yang kupilih hanya beberapa yang dapat kuyakini keamanannya.

Mudah-mudahan, dengan selalu berhati-hati dan berdoa memohon perlindungan-Nya, kita dapat terhindar dari berbagai aksi kejahatan di jalan.

Waspadalah, waspadalah, waspadalah...

View all my reviews