Sunday, March 2, 2014

The Battles of Balkan and Anatolia

The Chronicles of Ghazi, Seri #1The Chronicles of Ghazi, Seri #1 by Felix Y. Siauw
My rating: 3 of 5 stars

Waktu menengok stand utama Mizan di Istora hari Sabtu kemarin, aku tertarik membeli novel ini murni awalnya karena covernya yang memiliki dua warna favoritku, hitam dan merah. Sama sekali bukan karena penulisnya sedang tampil di panggung utama Islamic Book Fair 2014, bercerita panjang lebar tentang latar belakang dan garis besar novel ini. Aku hanya mendengar selintasan karena sibuk berburu novel terbitan grup Mizan lain yang ingin kubawa pulang. Toh cerita Perang Salib Balkan dan Anatolia bukan hal yang baru bagiku.

Tapi... ada tapinya nih, cover buku ini (dan promosi pak ustadz di istora) benar-benar MISLEADING!!!.

Kalau dibaca cover depannya, tertulis Perseteruan Hidup-Mati Dracula & Muhammad Al-Fatih, lalu di cover belakangnya tertulis sinopsis singkat tentang Al-Fatih dan Dracula yang menjadi wakil dari pertarungan haq dan bathil antara Kesultanan Usmani dan Kerajaan Eropa. Mau tak mau, calon pembaca akan mengira bahwa novel ini akan berfokus pada pertempuran akbar antara tokoh Sultan Mehmed II (Al Fatih) dengan tokoh terkenal ini:

Eh, sori, salah pasang, itu mah plesetannya. Maksudnya tokoh yang ini:

Buat yang belum tahu kenapa tokoh Wallachia ini dijuluki The Impaler, itu karena ia hobi menyula musuh-musuhnya, seperti ini:
Lebih hemat dari salib yang butuh dua potong kayu, kan?
Begitu kubaca, okelah... di halaman 24 muncul Vlad III muda (yang ilustrasinya entah kenap mirip Loki di film Thor dan Avengers) yang ternyata sudah kelihatan bakat psikopatnya karena sudah coba-coba main sula-sulaan dengan korban awal kucing adiknya, Radu. Ia dan adiknya merupakan tawanan Kerajaan Usmani, namun diperlakukan dengan baik dan dididik bersama-sama para pangeran Usmani, termasuk Mehmed II. Waktu dicereweti Mehmed karena kesadisannya, Vlad balik menantang sambil menghunus pedang. Lalu... bagaikan adegan trailer untuk film yang akan datang, selesailah sudah adegan itu pada halaman 28. Dan cerita langsung mundur ke masa lalu... ke masa kampanye kakek buyut Mehmed II, Sultan Bayazid I menaklukkan Balkan dan Anatolia.... sampai akhir novel.

Iya sih, novel ini dibilang Seri #1 dari The Chronicles of Ghazi (sebenarnya menurut pendapatku harusnya ditulis Buku 1, bukannya Seri 1), yang mengisyaratkan bahwa bakal ada buku lanjutannya, dan pertempuran Al-Fatih dan Vlad III itu entah ada di buku berapa. Tapi seharusnya cover tidak bikin salah paham begini, dong. Minimal ada tambahan keterangan bahwa novel pertama ini bercerita tentang pertempuran antara kakek dan ayah Vlad III dengan Sultan Bayazid I, yang memang memberikan latar belakang perseteruan lanjutan di antara keturunan mereka. Memangnya ada apa dengan Sultan Bayazid I? Takut pembaca malas karena buku satu ternyata masih berupa prolog kepanjangan dan belum masuk menu utama?

Padahal meskipun si Dracula tidak diceritakan pun, bukan berarti novel pertama ini tidak menarik kok. Buat yang suka novel bertema perang, novel yang blas isinya perang melulu dari awal sampai akhir antara pasukan Kesultanan Usmani dengan pasukan koalisi Salib Balkan ini lumayan menarik untuk dibaca, karena mengambil sudut pandang dari kedua kubu. Tokoh yang disorot juga cukup banyak, sehingga kita bisa merasakan ketegangan di masing-masing kubu pada setiap pertempuran.

Mengapa tidak mempromosikan bahwa novel ini berfokus Perang Kosovo sampai Perang Nicopolis yang dianggap The Last Crusade itu? Apakah karena Bayazid I dianggap tidak sekomersial cucu buyutnya Mehmed II yang berhasil menaklukkan Konstantinopel? Bukankah seandainya tidak ada serbuan Timurleng dari Mongolia, yang merusak konsentrasi Kesultanan Usmani, bisa jadi Konstantinopel jatuh di bawah serangan Bayazid I?

Yah, sudahlah nggak usah panjang-panjang protesnya, mungkin penerbitnya punya strategi sendiri. Siapa tahu pembaca yang merasa kecele pun akan tetap terpaksa membeli buku lanjutannya untuk mendapatkan apa yang dipromosikan di cover buku pertama ini.

Sebagai bonus, kutambahkan gambar lukisan Sultan Bayazid I, yang boleh dibilang tokoh utama dari novel ini:

Hmm, sepertinya setelah lukisannya jadi, leher Sultan Bayazid I keseleo gara-gara terpaksa berpose dengan gaya menengok ke belakang terus-menerus. Pelukisnya iseng banget, ya, biasanya pose standar lukisan potret tuh kalau tidak tampak depan, ya tampak samping.

View all my reviews

No comments:

Post a Comment