Thursday, May 1, 2014

Cerutu Sang Firaun

Petualangan Tintin : Tintin Dan Cerutu Sang Firaun  (Tintin, #4)Petualangan Tintin : Tintin Dan Cerutu Sang Firaun by Hergé
My rating: 3 of 5 stars

OK, ev'rybody... setelah lama terlantar, Program Baca Ulang Tintin dilanjutkan lagi. Dan sekarang... kita sampai di Mesir! Tapi ingat, jangan tertipu dengan judul komik yang satu ini, karena lokasinya bukan hanya Mesir dan sekitarnya, karena Tintin ternyata nyasar ke Arab dan India juga.

Judul
Judul aslinya Les Cigares du Pharaoh.  Judul versi terjemahan GPU ini rasanya lebih pas dibandingkan judul versi Indira yang berbunyi Cerutu Sang Faraoh. Tentu saja karena istilah serapan bahasa Arab lebih akrab di literatur (termasuk terjemahan kitab suci) kita dibandingkan istilah versi Eropa-nya.

Cover
Cukup membuat penasaran. Cerutu yang bertebaran di lantai serta lukisan di dinding jelas konek dengan judulnya. Tapi... apaan tuh, deretan orang Eropa yang termumifikasi dalam peti mati terbuka?

Cerita
"Ini baru hidup, Milo. Liburan yang tenang," kata Tintin pada anjingnya dalam pelayaran kapal yang bertujuan akhir Shanghai.

Tapi Milo tidak sependapat. Buatnya itu bukan pelayaran yang hebat, tapi super-duper membosankan. "Kenapa ya, tidak ada yang jatuh dari kapal biar seru?"

Pucuk dicinta ulam pun tiba. Ada yang jatuh ke laut... selembar kertas berharga milik arkeolog Philemon Siclone (meskipun ternyata cuma brosur perjalanan :P). Pertemuan tak sengaja dengan arkeolog aneh (sepertinya tidak ada orang biasa di sekitar Tintin!) yang sedang mencari kuburan Firaun Kih-Oskh yang hilang pun tanpa sengaja menjerumuskan Tintin dan Milo pada petualangan berikutnya. Kepo bukan hanya bisa membunuh kucing, tapi juga wartawan dan anjing.

Di kapal itu juga Tintin bertemu dengan Rastapopoulos serta pasangan detektif Dupond dan Dupont (ini penampilan perdana si "kembar", lho!). Yang terakhir itu malah ujug-ujug menangkap Tintin yang dituduh menyelundupkan heroin. Tapi namanya juga Tintin, biarpun dikurung di kabin, ia malah dengan santainya turun ke darat waktu kapal merapat di Port Said. Iya, kita tahu dia tidak salah, tapi kok ya tidak ada rasa hormat pada pihak berwajib sama sekali. Jadilah ia terus dikejar-kejar Dupond dan Dupont lintas batas negara sepanjang komik ini.

Di dekat Kairo, Tintin dan Siclone menemukan kuburan Firaun Kih-Oskh dengan begitu gampangnya, dan di sanalah Tintin menemukan deretan ahli Mesir yang sudah dijadikan mumi dalam peti terbuka... malah ada tiga peti kosong dengan label nama Siclone, Tintin... bahkan Milo! Tentu saja Tintin juga menemukan berpeti-peti cerutu dengan simbol Kih-Oshk, sebelum pingsan gara-gara terbius dan bangun dalam peti mati di...

Laut Merah. Oke, ingat di sini belum ada Kapten Haddock, yang ada baru Kapten Allan Thompson yang entah kenapa kelak turun derajat jadi bawahannya Haddock. Gara-gara salah info, Kapten Allan membuang peti mati Tintin cs terombang-ambing di lautan ganas penuh hiu. Hanya Siclone yang berhasil diselamatkan, sementara Tintin dan Milo ditolong oleh kapal kecil di mana Tintin bertemu Senhor Oliveira da Figueira, salesman yang jelas sangat persuasif dan sukses membuat Tintin membeli banyak barang tidak berguna (entah dari mana uangnya, rupanya meskipun ditangkap dompet Tintin tetap utuh).

Sampai di pantai Arab, Tintin diculik anak buah Sheik Patrash Pasha yang marah karena pelayannya memakan kue beracun yang dijual Senhor Oliveira (pesan moral: sabun itu bukan untuk dimakan, saudara-saudara!). Ternyata dia penggemar petualangan Tintin (Oke, di sini time-loop jelas terjadi, karena si Sheik menunjukkan komik edisi Perjalanan ke Bulan yang seharusnya masih bakal terjadi di masa depan. Kenapa nggak edisi Tintin di Sovyet, Kongo, atau Amerika saja sih? Product placement sih boleh-boleh saja, tapi kan bikin pembaca bawel jadi gatal pingin komentar).

Berkat si penggemar Tintin malah dapat kuda dan berkesempatan merusak syuting film Rastapopoulos, meskipun belakangan tertangkap lagi oleh Dupond dan Dupont dengan tuduhan tambahan, penyelundup narkoba dan ikut pemberontakan gara-gara kapal yang menolongnya dari Laut Merah memuat senjata selundupan. Berhasil kabur lagi, tentunya.

Ujung-ujungnya, setelah terdampar di India, pada akhirnya Tintin bisa meringkus komplotan Kih-Oskh yang bermaksud menyingkirkan Maharaja Rawhajpoutalah dan menolong sang pangeran yang diculik. Seperti biasa, komik pun diakhiri dengan perayaan besar-besaran bagi Tintin sang Penyelamat. Oh ya, cerutu yang jadi judul komik ini ternyata sarana untuk penyelundupan opium, dan komplotan Kih-Oskh selama ini berusaha menyingkirkan Tintin untuk menutupi fakta.

Dan Tintin pun ingin berlibur kembali...

Tapi... apakah bisa?

Akhir kata
Seperti jilid-jilid sebelumnya, terlalu banyak kebetulan dalam komik Tintin. Kebetulan direkrut jadi tentara lokal Arab (masa tampang Tintin segitu universalnya, belum lagi bahasa Arabnya selancar apa sih?), hampir dieksekusi tembak (lagi), berhasil kabur dengan pesawat meskipun jatuh di hutan India (dan selamat lagi)... Belum lagi hal-hal absurd bin ajaib seperti waktu Tintin kabur dari rumah sakit jiwa. Mana bisa menjadikan perut buncit sebagai trampolin???

Yah, kembali ke kredo awal: namanya juga komik. Apapun bisa terjadi demi menciptakan hiburan berkelanjutan bagi pembaca.

View all my reviews

No comments:

Post a Comment