Sunday, October 26, 2014

Death on the Nile

Pembunuhan Di Sungai Nil Pembunuhan Di Sungai Nil by Agatha Christie
My rating: 3 of 5 stars

Kalau dipikir-pikir, cerita Agatha Christie sering dimulai dari sebuah kebetulan.

Seringkali kebetulan itu dimulai dengan Hercule Poirot yang duduk di sebuah restoran atau lobby hotel sambil iseng mengobservasi apa dan siapa saja. Bukan hanya itu, telinganya juga telinga neraka, yang mampu menangkap (menguping?) pembicaraan orang lain meskipun tidak kepingin. Belum lagi ditambah betapa perseptifnya Poirot dalam psikologi, terutama dalam urusan cinta dari sepasang insan.

Une qui aime et un qui se laisse aimer--seseorang yang mencinta dan seorang yang menjauhi cinta.

Di atas semuanya, semua observasi iseng Poirot pastinya disimpan di salah satu loci di sel-sel kelabu otaknya, dan dapat ditarik keluar kapan saja ia mau.

Karena itu, tak heran apabila kebetulan beberapa bulan kemudian Poirot bertemu dengan orang-orang yang sempat jadi bahan observasinya, ia bisa ingat lagi kapan dan di mana pernah melihat atau mendengar mereka.

Kasus yang dihadapi Poirot di buku ini murni disebabkan oleh motivasi pembunuhan paling umum sepanjang sejarah manusia: harta dan cinta.

Demi harta, seseorang dapat melakukan apa saja, termasuk membunuh orang lain.
Demi harta, seseorang bisa lupa akan bahaya dan mencoba memeras seorang pembunuh.
Demi cinta, seseorang bisa membiarkan  orang yang dicintainya membunuh orang lain demi harta, dan bisa membunuh orang yang dicintainya supaya tidak menderita saat segalanya terungkap.

And know I'm falling apart, it's killing my heart
Again and again and again
Love made me stupid, love made me do it
Love made me mess up everything in my life

Omong-omong, sejauh ini aku nggak menebar spoiler, kan? Menebar plot ceritanya saja nggak... :)



No comments:

Post a Comment