Sunday, February 22, 2015

Easy Virtue

Aku jarang membaca buku dalam bentuk naskah drama panggung, dan perlu alasan tertentu yang membuatku tertarik untuk membacanya. Dalam hal buku Easy Virtue karya Noel Coward ini, jelas karena aku sudah menonton versi filmnya (di mana Colin Firth ambil bagian, tentu saja), dan ingin membandingkan sejauh mana perbedaan antara versi filmnya dengan versi aslinya.

Versi asli

Terdiri atas tiga babak, drama ini murni kisah tentang konflik antara mertua dan menantu yang tidak diinginkan.

Babak pertama berkisah tentang keluarga Whittaker, yang terdiri dari Mr Whittaker (yang selanjutnya disebut dengan Colonel), Mrs Whittaker, serta kedua putri mereka Marion dan Hilda, yang menunggu kedatangan sang putra sulung, John, dari liburan di Perancis. Masalahnya, John tidak datang sendirian. Ia membawa pulang seorang istri. Lebih parah lagi, istrinya seorang wanita Amerika, yang jelas bagi keluarga Inggris di setting 1920-an, bukan wanita baik-baik dari kalangan terhormat.

Mrs Whittaker sudah menganggap menantunya bagai monster berhati hitam sebelum mereka bertemu, apalagi ia sebenarnya sudah berharap putranya menikahi Sarah, gadis tetangga dari keluarga terhormat (dan kaya tentunya), tapi Colonel lebih bijaksana dan realistis, "I'm waiting with an open mind--I shall do my utmost to make her happy and comfortable here." Dan well, barangkali ketika akhirnya John dan Larita datang, hanya Colonel yang menyambut dengan tulus kedatangan menantunya.

Pada babak kedua yang bersetting tiga bulan kemudian, cinta monyet yang memicu John untuk menikahi Larita sepertinya mulai pudar. Antipati Mrs Whittaker dan kedua putrinya tidak berkurang, apalagi Hilda cemburu karena Philip, kakak Sarah dan laki-laki yang ditaksirnya, tampak menaruh hati pada Larita. Sahabat Larita di rumah keluarga Whittaker hanya Colonel.

Di sini terungkap masa lalu Larita, yang keterlibatannya dalam sidang pengadilan atas bunuh dirinya seorang pria dan daftar kekasihnya tercantum di sebuah guntingan koran. Dalam sidang terbuka di ruang makan (minus John), cuma Colonel yang membela Larita, "Well, what of it?" sambil merobek-robek guntingan koran yang jadi sumber keributan.

Pada babak ketiga, yang bersetting pesta yang diselenggarakan keluarga Whittaker, Larita dilarang hadir oleh ibu mertuanya. Gosip dan skandal Larita sudah tersebar di antara para tamu, dan kepada mereka Mrs Whittaker beralasan menantunya sedang sakit kepala. Tak disangka, Larita tetap muncul, bikin heboh dengan gaun dan perhiasan yang luar biasa mewah.

John tidak tahu apa-apa tentang gosip Larita, tapi ia tidak bersedia berdansa dengan istrinya karena keglamoran yang dianggapnya kurang pantas. Alhasil, Larita berdansa dengan Philip, yang membuat Mrs Whittaker semakin murka.

Larita sadar bahwa pernikahannya dengan John telah berakhir, bukan hanya karena skandal yang terungkap, tapi juga karena ia menikahi John dengan alasan yang salah. Kisah berakhir dengan kepergian Larita, setelah menyerahkan John kepada Sarah. John, yang tidak tahu apa-apa, berdansa dengan Sarah, ketika istrinya pergi diam-diam.

Lalu, bagaimana dengan versi filmnya? Setiakah pada naskah aslinya?



Versi film

Boleh dibilang, versi filmnya adaptasi bebas dari versi aslinya, dan berusaha memberikan karakterisasi yang lebih dalam bagi para tokohnya.

Larita bukan sekadar wanita Amerika, tapi seorang pembalap mobil wanita, yang bertemu dengan John Whittaker di Monaco. Ia wanita yang independen dan tangguh, sehingga pada akhirnya keputusannya untuk meninggalkan John tidak terasa seperti kekalahan seperti yang tersirat pada versi aslinya, melainkan pilihan untuk bebas.

Look who's driving here
Meskipun versi asli telah menunjukkan bahwa dari keluarga Whittaker hanya Colonel yang mau bersahabat dengan Larita, versi film memberikan gambaran bahwa Mr Whittaker (yang pangkatnya entah kenapa diturunkan menjadi mayor) bersimpati kepada menantunya karena melihat kesamaan di antara mereka. Latar belakang Mr Whittaker yang veteran Perang Dunia I juga lebih dieksplorasi, sehingga penonton menaruh simpati meskipun sikapnya memandang dunia bukan hanya realistis, tapi juga cenderung sarkastis.

Dalam film, tampak perubahan sikap John terhadap Larita yang disebabkan pengaruh yang terlalu kuat dari ibu dan saudara-saudaranya. Ia mulai meragukan keputusannya menikahi Larita, terutama setelah mengetahui masa lalu istrinya (yang dibuat lebih kelam daripada versi aslinya).

Versi film dibuat lebih lucu daripada versi aslinya, dengan tambahan adegan tentang nasib malang anjing peliharaan keluarga Whittaker gara-gara Larita, dan twist pada chemistry antara Larita dan Mr Whittaker...

Adegan paling steamy dari versi film menurutku pribadi bukanlah adegan cinta antara Larita-John, yang cukup banyak pada awal film. Ketika pada pesta dansa keluarga Whittaker tidak ada pria yang mau berdansa dengan Larita, bahkan suaminya sendiri menolak dengan begitu terang-terangan, yang maju untuk menyelamatkan harga diri Larita adalah Mr Whittaker. Siapa sangka, sang mayor yang sehari-hari bertampang kucel dan berantakan, pada kesempatan itu berubah menjadi prince charming yang ganteng menawan. Dan siapa sangka, sang mayor juga lihai berdansa tango.


Kudos to Colin Firth's charm, yang entah kenapa tampak jauh lebih cool dan ganteng ketimbang Ben Barnes yang berperan sebagai anaknya. Iya, opini yang satu ini memang bias banget :)

Ending ketika Larita meninggalkan keluarga Whittaker tidak secara diam-diam, melainkan terang-terangan di depan suami, ibu mertua, dan kedua saudari iparnya, benar-benar pantas diberikan tepuk tangan. Dan twist tambahannya, di mana Larita tidak pergi sendirian, tapi membawa yang terbaik dari keluarga Whittaker, benar-benar hilarious dan menjadi hukuman yang pantas bagi semua orang yang telah membuatnya menderita selama berbulan-bulan.







No comments:

Post a Comment