Friday, February 27, 2015

The Importance of Being Earnest

Belakangan ini, aku membaca buku-buku yang terkait dengan film-filmnya Colin Firth. Buku The Importance of Being Earnest ini kubaca ulang dalam rangka membuat review Colin Firth Month. And you know what? Versi film tahun 2002 yang dibintangi oleh Colin Firth dan Rupert Everett ini merupakan salah satu film yang sangat setia pada sumber aslinya.

Naskah drama panggung tiga babak karya Oscar Wilde yang diadaptasi menjadi film ini penuh dengan dialog yang kocak, cerdas dan witty. Mungkin karena itulah sayang rasanya merusak karya yang sempurna. Modifikasinya cukup dengan mengubah setting yang terbatas menjadi lebih banyak dan... ehm, sedikit alterasi di akhir kisah.

The Name Is The Game

Begitulah tagline versi filmnya. Dan sejarahnya diawali dengan taktik John Worthing (Jack), pemuda kaya raya yang menggunakan nama Ernest Worthing kalau sedang bertualang ke London, sementara di rumahnya di pedesaan ia mengaku punya adik bermasalah di kota, sehingga punya alasan untuk ke kota untuk mengurus si adik.

Di London, ia berteman dengan Algernon Moncrieff (Algy), sepupu dari gadis yang diincarnya, Gwendolen. Algy mulai curiga kalau Ernest bukan nama asli Jack, karena ia menemukan kotak rokok Jack bertuliskan "Uncle Jack" yang berupa hadiah dari gadis bernama Cecily. Dengan sedikit ancaman, akhirnya Jack pun mengakui nama aslinya, tapi tetap merahasiakan alamat rumahnya. Seperti halnya Jack, dalam rangka menghindari hutang dan kerabatnya (terutama ibu Gwendolen, Lady Bracknell), Algy selalu berpura-pura mengunjungi temannya yang sakit-sakitan Bunbury di pedesaan. Ia butuh alamat Jack sebagai alternatif kaburnya, dan agak penasaran dengan Cecily, anak perwalian Jack.

Algy (Everett) dan Jack (Firth)
Sebenarnya, cinta Jack tidak bertepuk sebelah tangan. Sayangnya, Gwendolen sangat menyukai nama Ernest, sehingga Jack susah berterus terang. Belum lagi, Lady Bracknell tidak sudi anak gadisnya dinikahi oleh Jack, apalagi setelah diwawancara (diinterogasi tepatnya), Jack mengaku tidak tahu siapa orang tuanya, karena ia dibesarkan oleh seseorang yang menemukannya waktu masih bayi dalam sebuah tas di stasiun kereta api.
You can hardly imagine that I and Lord Bracknell would dream of allowing our only daughter—a girl brought up with the utmost care—to marry into a cloak-room, and form an alliance with a parcel? 
Meskipun Jack nyaris patah semangat dengan penolakan Lady Bracknell, 
You don’t think there is any chance of Gwendolen becoming like her mother in about a hundred and fifty years, do you, Algy?
demi Gwendolen ia tetap berusaha mencari tahu siapa orangtuanya supaya bisa menikahi gadis itu. Tapi usaha kerasnya di perpustakaan mencari iklan puluhan tahun lalu tentang orang yang kehilangan bayi dalam tas mengalami kegagalan.


Cerita berkembang ketika Algy yang menguping pembicaraan Jack dan Gwendolen mendapatkan alamat Jack di pedesaan, dan langsung pergi ke sana dengan mengaku sebagai Ernest Worthing, adik Jack. Di sana ia bertemu dengan Cecily, dan mereka berdua saling jatuh cinta. Tentu saja Jack, yang merasa privasinya dilanggar (dan anak perwaliannya diganggu), jadi marah. Keadaan makin kacau ketika Gwendolen juga datang, dan pada akhirnya kedua gadis itu merasa tertipu karena kekasih mereka telah berbohong dengan mengaku bernama Ernest.

Adegan paling epik dari Jack dan Algy waktu ditinggal pergi Gwendolen dan Cecily adalah adegan pertengkaran mereka saat... berebut muffin.


Untunglah dengan sedikit nyanyian dan rayuan, Jack dan Algy bisa meluluhkan kembali hati Gwendolen dan Cecily.

Lady, come down...
Baru selesai satu masalah, masih timbul masalah lain: Lady Bracknell juga akhirnya datang menjemput anak gadisnya yang kabur ke rumah Jack!

Bagaimana akhir kisah komedi romantis ini? Well, kalau kau tidak keberatan dengan jalan cerita yang penuh kebetulan...

Tanpa mengecilkan peran Frances O'Connor dan Reese Witherspoon sebagai Gwendolen dan Cecily, drama ini merupakan panggung Colin Firth, Rupert Everett, dan Judi Dench (Lady Bracknell). Chemistry antara Firth dan Everett solid, meskipun konon hubungan mereka tidak begitu baik sejak syuting film Another Country belasan tahun sebelumnya.

Menariknya pula, di sini, karakter Jack Worthing bukan tipe English gentleman yang biasa diperankan Colin Firth. Meski berusaha tetap noble dalam hal-hal prinsip, ia juga suka menghalalkan segala cara. Dari menyaru sebagai Ernest (yang bereputasi tukang kemplang tagihan makan malam di Savoy), mengancam Lady Bracknell demi memuluskan niatnya menikahi Gwendolen, sampai... mengaku bahwa pada akhirnya, namanya ternyata benar-benar Ernest!
I've now realised for the first time in my life the vital Importance of Being Earnest. 

No comments:

Post a Comment