Monday, March 16, 2015

Where the Truth Lies

Where the Truth Lies: A NovelWhere the Truth Lies: A Novel by Rupert Holmes
My rating: 4 of 5 stars

Sinopsis:
O’Connor, a vivacious, free-spirited young journalist known for her penetrating celebrity interviews, is bent on unearthing secrets long ago buried by the handsome showbiz team of singer Vince Collins and comic Lanny Morris. These two highly desirable men, once inseparable (and insatiable, where women were concerned), were driven apart by a bizarre and unexplained death in which one of them may have played the part of murderer. As the tart-tongued, eye-catching O’Connor ventures deeper into this unsolved mystery, she finds herself compromisingly coiled around both men, knowing more about them than they realize and less than she might like, but increasingly fearful that she now knows far too much.

Review:
Jujur saja, aku takkan pernah tahu, ataupun sengaja mencari dan membaca novel ini, seandainya aku belum menonton versi film adaptasinya, yang dibintangi oleh Colin Firth dan Kevin Bacon. Sesuai rencana yang dicanangkan pada bulan Februari, bahwa selain menonton film-film Colin Firth aku akan membaca versi bukunya apabila ada, akhirnya aku menemukan dan membaca buku ini.

Novel misteri yang bersetting pada tahun 1972 ini dituturkan dengan menggunakan dua sudut pandang.

Sudut pandang pertama adalah dari sisi Karen O'Connor, gadis muda ambisius yang bersedia menggunakan segala cara (termasuk di antaranya menawarkan tubuhnya sebagai bagian paket ekslusif pada selebriti yang diwawancarainya).

Proyek terbaru Karen adalah biografi Vince Collins dan Lanny Morris, yang pada tahun 1950-an merupakan pasangan komedian sukses yang tak terpisahkan. Pasangan itu pecah kongsi lima belas tahun lalu, yang ditandai dengan kehebohan karena ditemukannya mayat seorang gadis muda bernama Maureen O'Flaherty di bak mandi kamar hotel mereka di New York. Meskipun gadis itu ditengarai punya hubungan dengan Vince dan Lanny, karena ia bekerja di hotel tempat mereka berdua tampil sebelumnya di Miami, kematiannya tak bisa dikaitkan dengan mereka. Waktu kematian Maureen diperkirakan baru beberapa jam, sementara Vince dan Lanny baru saja tiba di New York setelah selesai merampungkan telethon 39 jam berturut-turut di Miami.

Mengapa Maureen bisa berada di kamar hotel Vince dan Lanny di New York? Apakah gadis itu mendahului mereka ke New York dan menyelinap masuk ke kamar mereka, lalu entah bagaimana bisa mati di bak mandi mereka?

Misteri yang meliputi kematian gadis itu, dan hubungannya dengan Vince dan Lanny, adalah hal besar yang ingin diungkapkan Karen dalam bukunya. Ia tidak mau membuat buku biografi biasa-biasa saja, ia ingin menjadikannya hit yang sensasional. Untuk itu, ia membutuhkan kerja sama dari kedua komedian itu.

Sayangnya, hanya Vince Collins yang bersedia bekerja sama dengan Karen dan perusahaan penerbitnya, dengan nilai imbalan sebesar satu juta dollar (dan janji tidur bareng kalau proyek buku sudah rampung). Lanny Morris menolak bekerja sama, dengan alasan ia sedang menulis biografinya sendiri. Tapi, melalui biro hukumnya, Lanny bersedia memperlihatkan bab awal bukunya, sekedar menunjukkan bahwa apapun yang ditulis Karen tidak akan ada apa-apanya dibandingkan biografi yang ditulis sendiri oleh sumbernya.

Sudut pandang kedua adalah dari sisi Lanny Morris, yang kita dapatkan dari naskah buku Lanny yang dibaca oleh Karen. Meskipun semula Karen hanya boleh melihat bab pertama, namun ia menerima bab-bab lanjutannya yang dikirimkan ke alamatnya secara misterius,

Dari naskah Lanny, yang diceritakan dengan penuh humor, blak-blakan bahkan cenderung vulgar, pembaca disuguhi kehidupan Vince dan Lanny sebagai selebriti. Sebagai pasangan komedian, mereka tidak hanya kompak di atas panggung. Di luar panggung pun, mereka kompak dalam mengkonsumsi obat bius dan wanita. Saking eratnya hubungan mereka, bahkan mereka tidak akan segan-segan menghajar penonton yang berani menghina pasangannya. Urusan tuntutan hukum di kemudian hari mudah diselesaikan, karena status kebintangan mereka.

Boffing ladies and bashing gentlemen. I tell you, there was nothing under the sun Vince and I wouldn't do for each other.

Kedekatan dan kekompakan Vince dan Lanny, yang bahkan seolah bisa saling membaca pikiran masing-masing, membuat perpecahan mereka sulit diterima oleh publik dan menjadi misteri selama belasan tahun. Karen yakin bahwa semuanya berkaitan dengan kematian Maureen O'Flaherty. Betatapun ia terpesona pada kedua selebriti itu, bahkan dengan senang hati naik ke ranjang mereka, betapapun tipis kemungkinannya karena kuatnya alibi Vince dan Lanny, ia yakin bahwa Vince dan Lanny, bersama-sama, atau salah satu dari mereka, bertanggung jawab atas kematian Maureen lima belas tahun yang lalu.

Pengungkapan misteri dikupas sedikit demi sedikit melalui penuturan Karen dan Lanny. Bahkan seandainya saja pembaca (atau Karen) teliti, Lanny telah menyisipkan kebenaran dalam naskahnya dengan menggunakan pilihan kata dan metafora yang tidak kentara.

Namun demikian, sebenarnya usaha Karen menyusun biografi sekaligus pembongkaran misteri otomatis membuka luka-luka lama. Karena rahasia yang selama ini ditutupi Vince dan Lanny, bukan hanya disebabkan rasa takut, namun juga rasa sayang di antara mereka yang sebenarnya tetap selalu ada, meskipun secara profesional hubungan mereka telah lama putus.

Secara prinsip, sulit untuk menyukai para karakter dalam novel ini. Karen O'Connor yang menjadi narator, sudah membuat sebal dari awal dengan paket panas yang ditawarkannya pada narasumber. Lanny Morris juga tidak menimbulkan simpati dari pengungkapan gaya hidupnya yang vulgar. Vince Collins juga sama saja, apalagi ketika ia mencoba memeras Karen demi mengarahkan penyusunan buku biografi menjadi sesuai keinginannya. Dan bahkan Maureen O'Flaherty sendiri, yang menjadi korban pembunuhan, rasanya wajar saja kalau ia mati gara-gara ulahnya sendiri.

Tapi pada akhirnya, aku tetap jatuh simpati pada pasangan Vince dan Lanny. Aku memang lemah pada hubungan emosional yang kuat di antara para karakter.

Movie adaptation:
Sebenarnya, pasangan komedian Vince Collins-Lanny Morris jelas didasarkan pada pasangan legendaris Dean Martin-Jerry Lewis:


Karakterisasinya jelas, karena sama halnya dengan Dean Martin, Vince Collins keturunan Italia yang jago menyanyi. Selain itu, berdasarkan deskripsinya juga digambarkan bahwa Lanny, yang meskipun tidak jelek, tapi kalah tampan dari Vince. Lagipula dalam aksi panggung, justru perbedaan yang ditonjolkan memang perbedaan karakter mereka, antara Vince yang charming dan Lanny yang membadut.

Dalam adaptasi filmnya, mungkin karena casting Colin Firth, Vince Collins berubah menjadi keturunan Inggris, dan dalam aksi panggung Lanny yang lebih banyak menyanyi. Tapi secara umum, karakter panggung Vince sebagai laki-laki Inggris berkelas dan Lanny sebagai pemabuk konyol memang tak terlalu berbeda.



Dalam versi film, karakter Karen O'Connor juga dipoles menjadi sedikit lebih baik, dengan didramatisir bahwa masa lalunya pernah bersilangan dengan masa lalu Vince-Lanny. Mungkin perubahan itu dibuat supaya penonton bisa lebih menaruh simpati kepadanya daripada pada versi novelnya.

Perubahan juga dibuat pada alur cerita menjadi lebih cepat, tapi dapat dimaklumi karena pemangkasan memang perlu dilakukan demi jam tayang.

Namun demikian, semua perubahan yang dilakukan tidak mengubah inti cerita secara umum, dan pemangkasan membuat ceritanya tidak terasa bertele-tele. Selain itu, aku lebih menyukai ending versi filmnya, yang menurutku lebih masuk akal dibandingkan versi novelnya.


View all my reviews

No comments:

Post a Comment