Monday, February 29, 2016

Under The Skin

Judul : Under The Skin

Penulis : Michel Faber

Penerbit : Mariner

Tebal : 319 halaman

Dibeli di : Lapak Periplus FX Senayan

Dibeli tanggal : 20 Februari 2016

Harga beli : Rp. 65.000,-

Dibaca tanggal : 27 Februari 2016

Lokasi baca : Antara Jakarta - Tanjung Lesung

Review :

Isserley always drove straight past a hitch-hiker when she first saw him, to give herself time to size him up. She was looking for big muscles: a hunk on legs. Puny, scrawny specimens were no use to her.

Paragraf pertama novel ini terasa sangat kuat, karena langsung menarik perhatian dan menimbulkan pertanyaan. Siapakah Isserley? Mengapa ia mengincar hitchhiker, khususnya hitchhiker laki-laki yang berpostur kuat dan gagah?

Coba bayangkan adegan ini:
Anda seorang laki-laki yang sedang putus asa mencari tebengan di pinggir jalan raya yang sepi dalam cuaca yang buruk. Bagaimana reaksi Anda bila sebuah mobil menepi, dan pengendara yang menawarkan tebengan ternyata perempuan cantik dan seksi bak Scarlett Johansson? Apakah Anda akan langsung menerima tawarannya, melompat masuk ke dalam mobil tanpa berpikir panjang lagi? Sebagian besar jawabannya: TENTU SAJA IYA!

Scarlett Johansson sedang mencari mangsa...

Yah, kalau Anda belum membaca buku ini atau menonton versi filmnya yang rilis tahun 2013, ada baiknya segera meninggalkan laman ini, karena:

Soalnya aku lagi kepingin membahas sedikit detail, yang ujung-ujungnya tentu saja membandingkan versi novel dan versi filmnya.


1. Siapakah Isserley?

Saat membaca buku ini, lupakan dulu sosok Scarlett Johansson, yang di versi film tidak diberi nama, cuma disebut The Female saja. Terus terang, karena aku sudah menonton versi filmnya dulu (tanpa mengetahui bahwa film itu adaptasi dari novel), pada awalnya aku jadi agak susah klik dengan deskripsi karakter utama yang bernama Isserley ini.

Novel ini dituturkan dari sudut pandang Isserley, perempuan misterius yang kerjaannya setiap hari berkeliaran dengan Toyota Corolla butut di jalan raya sepi dataran tinggi Skotlandia, mencari para lelaki gagah yang butuh tebengan.

Tapi selain itu, pembaca juga mendapat sudut pandang dari para penebeng di mobil Isserley. Dan jelas, gambaran mereka atas penampakan perempuan pemberi tebengan sama sekali tidak ada mirip-miripnya dengan Scarlett Johansson. Bertubuh kecil, pendek, dengan tangan dan jemari yang kurus dan kasar. Wajahnya tirus, dengan sepasang mata besar yang tampak semakin besar di balik kaca mata lensa tebalnya. Satu-satunya kelebihan perempuan aneh itu yang paling menonjol adalah sepasang payudaranya yang besar, yang sengaja dipamerkan dengan pakaian yang terlalu terbuka di bagian dada.

Yap. Sepasang payudara itulah yang menjadi senjata utama Isserley untuk menarik perhatian para lelaki yang masuk ke dalam mobil.

Jadi, siapakah Isserley? Pilih salah satu jawaban di bawah ini:
a. Predator yang menjerat lelaki demi petualangan seks kilat
b. Predator yang menjerat lelaki tanpa ada hubungannya sama sekali dengan seks


2. Mengapa Isserley mengincar lelaki bertubuh besar, sehat, dan kuat?

Pertama-tama, jawaban pertanyaan di atas itu adalah b.

Iya, Isserley sengaja memamerkan payudaranya, hanya supaya para lelaki yang masuk ke mobilnya mereka menjadi lengah dan mau banyak bicara. Dengan demikian, ia bisa mengorek informasi lebih lanjut, yang pada intinya: adakah orang yang akan menyadari dan mencari bila si lelaki tiba-tiba lenyap tak ketahuan rimbanya?

Isserley adalah seorang predator, pemburu, dalam arti yang paling harfiah.

Baginya, lelaki bertubuh besar, sehat dan kuat adalah... bahan makanan berkualitas unggul.

Jadi, pertanyaan berikutnya adalah, apakah Isserley sebenarnya?
a. Kanibal di dunia modern.
b. Alien dari dunia lain.

Dan jawabannya?


3. Alien, tentu saja.

Sejatinya, kalau dilihat dari sudut pandang kita, Isserley bukan manusia. Tapi kalau kita dibawa ke sudut pandang Isserley, dialah yang manusia, sedangkan kita tak lebih dari binatang buruan, bahan makanan. Bagi kaumnya, makhluk berkaki dua seperti manusia berada pada tingkatan yang lebih rendah. Iya, ras Isserley berkaki empat dan berekor. Dari deskripsi Isserley tentang laki-laki bangsawan dari kaumnya yang konon sangat tampan, dengan bulu hitam mengilap, entah kenapa yang terbayang malah anjing ras doberman pinscher raksasa.

Demi menjadi pemburu vodsel (istilah mereka untuk kita), Isserley harus menjalani operasi bedah yang traumatik. Ekor dipotong, tulang belakang diluruskan dengan kaki belakang sehingga posturnya menjadi mirip vodsel yang berkaki dua, kelenjar susu di perut dilenyapkan, buah dada palsu ala vodsel betina dipasang, rambut dan bulu yang indah dicukur habis. Yang jelas, aku belum bisa membayangkan sosok asli Isserley yang konon sangat cantik untuk ukuran kaumnya itu seperti apa. Mirip anjing pudel? Atau collie?

Hasil tangkapan Isserley dikumpulkan di sebuah peternakan terpencil di Skotlandia, di mana para korban diproses: dilucuti semua pakaiannya, dibersihkan, dan dipotong organ yang tak penting seperti lidah dan testikelnya, lantas digemukkan. Pada akhirnya, disembelih dan dibuat fillet untuk kemudian dikirim ke kampung halaman via pesawat kargo antariksa sebagai bahan makanan mewah yang harganya selangit.

Tentu saja, bagiku yang sudah pernah membaca cerita scifi tentang alien yang memangsa dan memasak manusia seperti di Old Man's War-nya John Scalzi, pertanyaan yang benar-benar mengusik adalah kenapa sih Isserley harus berburu sendirian secara diam-diam, demi menangkap manusia satu demi satu, dan berusaha jangan sampai perbuatannya diketahui oleh manusia? Benar-benar tidak efektif dan efisien. Bukankah kalau mereka ras yang lebih unggul dengan teknologi yang jauh lebih canggih, mereka bisa saja menangkap manusia dalam jumlah besar, lantas membuat peternakan manusia untuk produksi daging secara masal?

Tapi kalau dipikir-pikir lagi, mungkin ras alien ini mencari jalan aman. Bisa jadi kalau manusia sampai sadar ada makhluk berintelejensi lain yang memandang mereka sebagai bahan baku makanan, bakal ada perlawanan dan jatuhnya ke perang antar planet. Repot deh. Mendingan diam-diam saja. Lagipula, kalau sampai pasokan daging manusia meningkat drastis, harganya bisa jatuh karena tidak lagi langka. Memang menjelang akhir novel, perusahaan yang membawahi Isserley mulai meminta pasokan ditingkatkan, dengan pesanan tambahan untuk mulai menyediakan vodsel betina, khususnya yang masih memiliki banyak telur (sampai di sini yang kepikiran malah hidangan kaviar atau telur ikan salmon). Tapi sampai saat itu pun, sama sekali belum tersirat keinginan untuk ekspansi produk secara besar-besaran.


4. Lalu, inti cerita alien pemburu manusia ini apa?

Well, secara permukaan saja, dengan membaca cerita dari sudut pandang Isserley, kita bisa menganggap buku ini sebagai memoar seorang (?) alien perempuan dari kasta terendah di planetnya yang gersang, di mana air dan oksigen begitu langka hingga harus dibeli. Ia terpaksa bekerja sebagai pemburu bahan makanan langka di planet yang jauh (namun dengan air dan oksigen yang berlimpah!), dan demi pekerjaan baru itu terpaksa mengalami penderitaan dengan perubahan fisik yang menyakitkan. Sebagai pemburu profesional, strategi yang digunakannya mirip pembunuh berantai, yang berprinsip jangan sampai perbuatannya ketahuan dan terendus pihak berwajib. Tapi bahkan seorang pemburu handal yang sangat berhati-hati pun bisa terpeleset dan salah memilih calon korban, yang berani-beraninya mencoba memperkosanya. Trauma atas kejadian tersebut membuat Isserley terganggu secara psikologis sehingga mempengaruhi pekerjaannya sehingga ia kurang berhati-hati dalam memilih korban berikutnya. Belakangan, setelah mengetahui bahwa posisinya dalam perusahaan tidak istimewa karena bisa digantikan oleh siapa saja kapan saja, Isserley mulai mempertanyakan tujuan hidupnya di bumi.

Dari sisi lain, mungkin saja ada yang berpendapat buku ini membawa agenda vegan. Meskipun pekerjaannya berburu vodsel, Isserley bukan pemakan daging. Dan dari sekilas info kampung halaman, kabarnya mulai bermunculan berbagai penyakit aneh dan baru yang diderita para pemakan daging vodsel. Mungkin seharusnya Isserley mengecek dulu data kesehatan para lelaki yang masuk ke dalam perangkapnya?

Isu lain yang mungkin diusung adalah kesetaraan hak hidup. Ada adegan di mana Amlis Vess---anak pemilik perusahaan yang mempekerjakan Isserley---yang sedang berkunjung incognito mempertanyakan apakah makhluk berkaki empat yang ada di sekitar peternakan, yang disebut domba, bisa dimakan. Isserley jadi histeris, karena baginya domba nyaris setara dengan ras mereka (karena berkaki empat dan berekor) sehingga ide untuk memakan domba benar-benar tak boleh dipikirkan. Dari sisi kita, mungkin seperti isu tentang memakan daging makhluk berkaki dua seperti monyet, orangutan, simpanse, atau gorila. Mengapa wajar saja jika kita memakan daging makhluk berkaki empat seperti sapi, rusa, dan domba, tapi tidak lazim jika memakan daging makluk berkaki dua yang secara DNA nyaris sama dengan manusia?

Sisi berikutnya yang bisa jadi bahan diskusi adalah adanya pembalikan peran di novel ini, di mana sosok perempuan yang kelihatan lemah sebenarnya predator yang berburu laki-laki. Penggambaran adegan perburuan Isserley, yang dimulai dari penilaian Isserley dari sisi fisik hingga faktor keamanannya (laki-laki tanpa keluarga, teman, atau pekerjaan), disertai dengan penilaian calon korban terhadap penampilan fisik Isserley. Ada sebagian calon korban yang bisa melihat kalau wujud Isserley memang agak aneh dan mencurigakan, tapi ada juga yang tidak peduli terutama karena penampakan payudara montok yang bisa membuat pikiran jadi kurang jernih! Jadi, para lelaki, berhati-hatilah. Jangan sembarangan menerima tawaran tebengan dari perempuan muda yang menyetir mobil sendirian, meskipun perempuan itu secantik Scarlett Johansson!


5. The Movie

Bicara tentang Scarlett Johansson, berarti kita kembali bicara tentang versi filmnya, yang terus terang saja sangat berbeda dengan novelnya, dan di sini kita bukan hanya bicara tentang wujud karakter utamanya.

Dalam versi film, sang alien yang wujudnya tidak jelas digambarkan "mengenakan kostum" manusia serupa Scarlett Johansson, yang secara harfiah mewujudkan judul Under The Skin. Secara prinsip, pekerjaan sehari-hari si alien persis seperti Isserley, memberi tebengan pada lelaki yang kurang waspada dan terlalu mudah terpesona pada penampakan luar si alien predator. Dan, setelah si alien membawa sang lelaki ke sarangnya, selalu ada adegan surreal tidak jelas di mana si alien membuka pakaian sepotong demi sepotong, memancing dan memesona calon korban yang tanpa busana hingga terangsang dan tenggelam dalam kolam sehitam tinta yang tanpa dasar.


Pertanyaan bagi penonton awam sepertiku, bagaimana nasib para korban selanjutnya? Apakah adegan itu merupakan simbol bahwa mereka sedang dimangsa atau bagaimana? Sama sekali tidak ada gambaran yang resmi seperti dalam versi novelnya, di mana mereka diproses secara mekanis dan higienis untuk dijadikan irisan daging yang mahal harganya. Tapi, mungkin, secara lambat laun, kita mengikuti perjalanan si alien yang dalam pergaulannya di dunia manusia, mempelajari kehidupan manusia, dan mungkin, hanya mungkin, menjadi manusia, meskipun hanya sebentar.


Verdict :




1 comment: