Wednesday, January 25, 2017

The Rest of Us Just Live Here

Judul : The Rest of Us Just Live Here
            (Yang Biasa-Biasa Saja)

Penulis : Patrick Ness

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tebal : 288 halaman

Dibeli di : Gramedia.com

Harga beli : Rp. 47.600,- (30% off)

Tanggal dipesan : 12 Januari 2017

Tanggal diterima : 15 Januari 2017

Tanggal dibaca : 19 - 21 Januari 2017

Sinopsis :
Bagaimana kalau kamu bukan termasuk kelompok anak super? Anak-anak indie yang bertempur melawan zombi, hantu pelahap jiwa, atau bencana bercahaya yang mendatangkan maut?

Bagaimana kalau kamu seperti Mikey? Cuma ingin lulus, datang ke prom, dan mungkin akhirnya punya cukup nyali untuk mengajak Henna kencan sebelum SMA mereka diledakkan. Lagi. Karena kadang ada masalah yang lebih besar daripada pertempuran sampai mati, dan kadang kita harus menemukan hal-hal luar biasa dalam kehidupan yang biasa-biasa saja.


Review :
Pernah menonton serial teve Buffy the Vampire Slayer di season-season awal, sewaktu dia dan scooby gang-nya masih duduk di bangku SMA?


Lihat foto Buffy dan Willow di atas, lalu lihat para figuran yang wara-wiri di belakang mereka. Nah, novel ini dituturkan dari sudut pandang para figuran itu. Karakter yang mengenal remaja-remaja super bin ajaib karena mereka teman sekolah bahkan teman sekelas, namun tidak kenal dekat. Karakter yang mengetahui secara samar-samar bahwa mungkin teman-teman mereka yang aneh itu sedang berurusan dengan masalah gaib yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat. Karakter yang sering menjadi objek pelengkap penderita yang selalu berusaha berlari menyelamatkan diri dari musibah yang entah bagaimana selalu terjadi di lingkungan sekolah ataupun rumah...

Alias karakter YANG BIASA-BIASA SAJA.

Cerita utama novel ini berupa cerita standar anak sekolah menengah atas biasa. Tokoh utamanya, Mikey, punya kakak dan adik perempuan, dengan ayah yang alkoholik dan ibu yang berambisi menjadi politikus lokal. Ia hanya ingin mengakhiri masa SMA dengan lancar, segera meninggalkan rumah yang suasananya kurang kondusif, sambil tetap mengkhawatirkan si adik kecil yang masih harus tinggal bersama orangtua yang boleh dibilang bukan orang tua ideal. Selain itu, diceritakan pula hubungannya dengan sahabat karibnya, yang punya garis keturunan luar biasa dan orientasi seksual yang berbeda. Tak lupa pula cerita klise tentang cerita cinta, dengan si dia...

Tiada masa paling indah, masa-sama di sekolah... 
Tiada kisah paling indah, kisah kasih di sekolah...

Tentu saja hal ini bukan berarti cerita tentang anak-anak berkekuatan aneh tidak ada sama sekali. Di setiap awal bab, kita mendapat satu paragraf tentang mereka yang disebut anak-anak indie (mungkin singkatan dari indigo?). Kalau kita tidak membaca kisah utama, hanya membaca paragraf pertama dari setiap bab tersebut, kita bakal mendapat cerita pendek tentang petualangan anak-anak indie melawan makhluk dari dimensi lain yang berencana mengambil alih dimensi yang kita diami ini. Yap, seperti cerita standar episode serial teve Buffy the Vampire Slayer! Bahkan, anak-anak indie ini juga melakukan riset diam-diam di perpustakaan sekolah. Sayang, kurang lengkap dengan tidak adanya tokoh pembimbing dewasa yang berprofesi ganda sebagai pustakawan ala Giles di sana.

Episode singkat petualangan anak-anak indie ini berkelindan dengan kehidupan "normal" anak-anak biasa. Dan seperti pakem standar cerita model begini, ada saja masalah dan musibah yang mengganggu suasana. Konser band yang meledak-ledak secara harfiah? Checked. Rekahan dimensi lain yang terbuka di basemen sekolah sementara di atasnya anak-anak sekolah sedang berpesta prom? Checked. Sekolah yang meledak saat wisuda sedang berlangsung? Duh. Ini mungkin adegan yang wajib ada. Checked.

Anyway, cara Patrick Ness menjalin cerita utama dengan kisah supranatural membuat kita bisa membaca dengan lancar tanpa perlu membolak-balik halaman untuk memahami dua cerita yang berjalan secara paralel. Memang, bagaimanapun klisenya sebuah (atau dua buah) cerita, hasil akhirnya tergantung bagaimana ramuan dan racikan dari penulisnya.

Kesimpulan:
Bagiku yang tidak begitu suka membaca genre YA, buku ini lumayan asyik untuk dibaca, minimal bisa membuatku jadi bernostalgia dan membuat kepingin menonton ulang BtVS. Beberapa tahun silam, ada masanya aku melakukan binge-watching tujuh season BtVS berulang kali. Terutama episode yang ada karakter Spike-nya...

Ulasan singkat novel ini kubuat dalam rangka mengikuti:
Kategori: Young Adult Literature

No comments:

Post a Comment