Tuesday, February 21, 2017

Sherlock: A Study in Pink

Judul : Sherlock: A Study in Pink

By : Steven Moffat, Mark Gatiss, Jay

Penerbit : m&c!

Tebal : 216 halaman

Dibeli di : Gramedia.com

Harga beli : Rp. 35.000,- (diskon 30%)

Dipesan tanggal : 19 Januari 2017

Diterima tanggal : 29 Januari 2017

Dibaca tanggal : 03 Februari 2017

Review :
BEWARE: REVIEW MANGA INI SANGAT BIAS, karena dibahas oleh salah seorang penggemar serial teve Sherlock, yang sudah menonton semua episodenya berulang kali, apalagi episode pertama season pertama yang diwujudkan dalam bentuk manga ini.

Omong-omong, manga ini termasuk ke dalam golongan manga yang amat sangat terlambat sekali muncul versi terjemahan resminya di Indonesia, karena baru terbit tanggal 11 Januari 2017, saat Sherlock Season 4 sudah tayang. Memang sih aku sudah pernah membaca versi scanlation-nya, tapi tentu saja aku merasa wajib punya begitu m&c! merilis manga ini.

Oke, sekarang kita bahas singkat saja yuk...   

1. Cover
Begitu segel plastik dibuka, ternyata cover manga ini berupa flap cover! Jadi nostalgia nih, teringat masa-masa waktu manga (versi Elex Media) pertama kali terbit di Indonesia.

cover depan
cover belakang
Ada gambar hitam putih Mycroft Holmes dan John Watson di cover bagian dalamnya! Salah satu pertimbangan dihilangkannya flap cover untuk manga di Indonesia sudah pasti untuk menekan biaya. Manga ini harganya lumayan mahal, lebih dari dua kali harga manga biasa saat ini. Kebetulan saja aku belinya pas ada diskon 30% di Gramedia.com. 

2. Artwork & Chara Design
Artworknya rapi, dan boleh dibilang seperti storyboard yang cukup detail untuk episode pertama serial tevenya. Sedetail apa? Untuk gambar background, wallpaper dan segala pernak-pernik berantakan yang ada di Flat di Baker Street 221B, misalnya. 

Tapi sejujurnya, aku tidak terlalu suka dengan chara design-nya. Sepertinya dari semua chara yang ada, menurut pendapatku cuma chara design Sherlock yang mendekati versi serial tevenya, lengkap dari tulang pipinya yang tinggi sampai kemejanya yang kekecilan satu nomor.



3. Story
Aku sudah bilang kalau manga ini seperti storyboard untuk episode pertama season pertama serial tevenya, kan? Namanya juga versi adaptasi manga. Jalan cerita dari panel ke panel mengikuti adegan dan dialog di serial tevenya.

4. Terjemahan
Karena aku sudah terlalu sering menonton episode ini dengan teks bahasa Inggrisnya, otomatis aku jadi ingat secara verbatim dialog yang diucapkan para karakternya. Sewaktu aku membaca versi scanlation-nya, dialog asli dari serial teve itulah yang dicantumkan di sana. Nah sekarang, waktu aku membaca versi terjemahan Bahasa Indonesianya, aku malah merasa ada sesuatu yang tidak pas, karena terdapat pergeseran makna di sana-sini. Secara keseluruhan, karena cuma sedikit, tidak mengganggu jalan ceritanya sih, tapi tetap saja membuatku jadi merasa gatal. Entah apa penyebabnya. Mungkinkah karena manga ini diterjemahkan dari versi bahasa Jepangnya, sehingga menimbulkan lost in translation

5. Verdict
Seperti peringatan di atas, penilaian atas manga ini sangat bias. Meskipun terdapat beberapa aspek yang tidak begitu kusukai dari manga ini, aku bersyukur serial Sherlock ada versi adaptasi manganya, dan aku juga bersyukur akhirnya ada penerbit lokal yang menerbitkannya secara resmi. Karena itu, apapun kekurangannya, tetap saja manga ini kuponten :

Graphic Novels & Comic Books





4 comments:

  1. Ahh, Sherlock. Jadi pengin baca juga mbak yang versi manga. Deuuh.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Sudah, baca aja... sambil nonton ulang serial tevenya lagi... :)

      Delete
  2. "...sampai kemejanya yang kekecilan satu nomor."

    Ya ini pesonanya Sherlock Mba Treeeez, wkwkwkwkwk

    ReplyDelete