Monday, March 6, 2017

The Butterfly Lion

Judul : The Butterfly Lion

Penulis : Michael Morpurgo

Penerbit : HarperCollins' Children Book

Tebal : 112 halaman

Dibeli di : Bybooks FX Senayan

Harga beli : Rp. 10.000,-

Dibeli tanggal : 11 Februari 2017

Dibaca tanggal : 1 Maret 2017

Review :
Cerita yang dituturkan Michael Morpurgo ini lagi-lagi berlatar belakang perang, dan kali ini Perang Dunia I, sama seperti cerita War Horse. Benang merah ceritanya pun agak mirip dengan War Horse: seseorang yang mendaftarkan diri untuk terjun sebagai prajurit di pasukan Inggris demi bertemu kembali dengan binatang peliharaannya. Bedanya, di novel ini binatangnya adalah seekor singa berbulu putih!

Cerita diawali dengan seorang anak laki-laki yang kabur dari sekolah berasrama gara-gara sering dibully. Tanpa sengaja, ia masuk ke sebuah rumah besar yang dihuni seorang nenek tua bersama anjing peliharaannya.

Bukan, anak laki-laki itu bukan tokoh utama cerita ini.

Sang nenek, yang belakangan diketahui bernama Millie, kemudian bercerita tentang anak laki-laki lain yang zaman dahulu kala juga kabur dari sekolah asrama yang sama dan juga nyasar ke rumahnya. Anak laki-laki lain itu bernama Bertie, dan ia punya cerita lain yang menarik.

Bertie lahir dan besar di tanah pertanian di Afrika Selatan, tanpa saudara dan teman untuk bermain. Suatu saat, ia menyelamatkan seekor anak singa berbulu putih dari gerombolan hyena, yang selanjutnya menjadi binatang peliharaan kesayangannya dan dinamai . Namun saat tiba waktunya untuk berangkat sekolah ke Inggris, singa kesayangannya terpaksa dilepas dan dijual ke pemilik sirkus berkebangsaan Prancis. Bertie bersumpah akan mencari singanya kembali kalau ia sudah besar nanti.

Sementara itu Bertie akhirnya bersahabat dengan Millie, dan akhirnya berkembang ke hubungan yang lebih romantis. Namun hubungan mereka tidak berjalan mulus karena pecahnya Perang Dunia I. Bertie yang saat itu sudah kuliah masuk ke ketentaraan. Motivasinya pergi berperang tidak murni nasionalisme: menemukan kembali singa putihnya di Prancis!

Apakah Bertie bisa bertemu kembali dengan sahabat semasa kanak-kanaknya? Tentu saja. Tapi bagaimana caranya ia bisa sampai bertemu kembali adalah cerita lain, karena kita tetap harus dibawa melewati terlebih dahulu neraka perang parit di Prancis, dan menyaksikan banyaknya para prajurit muda yang tewas berguguran di sekitar Bertie.

Kisah Bertie di medan perang bukanlah cerita yang ringan untuk dibaca anak-anak, namun cerita itu pun sudah banyak disensor, karena pada dasarnya Bertie tidak banyak bercerita tentang kengerian di sana kepada Millie. Untunglah, cerita berakhir manis untuk Bertie. Yah, namanya juga buku cerita anak-anak,agak riskan jadinya kalau Bertie diceritakan tewas di medan perang.

Ada dua twist ending untuk novel ini, yang cukup mengejutkan karena aku tidak mengira endingnya bakal seperti itu. Tapi cuma satu yang akan kuspoiler di sini: anak laki-laki pertama yang kabur dari sekolah dan akhirnya mendengarkan dongeng tentang Bertie dan singa putihnya ternyata adalah... Michael Morpurgo! Well, kan jadi menimbulkan pertanyaan deh: apakah cerita ini diangkat dari kisah nyata, atau hanya khayalan belaka?

Omong-omong, kalau penasaran dan ingin tahu kenapa judulnya The Butterfly Lion, bukannya The White Lion, lebih baik baca bukunya sendiri saja, ya.

Review singkat ini kubuat dalam rangka mengikuti tantangan di bawah ini:
Kategori : Lima Buku dari Penulis Yang Sama




No comments:

Post a Comment