Wednesday, April 12, 2017

March Book Haul

Sedianya aku melaporkan belanja buku bulan Maret ini pada akhir bulan Maret. Tapi karena satu dan lain hal (a. sibuk; b. malas; c. selain a dan b; d. semua jawaban benar), akhirnya baru bisa kulaporkan hari ini. Tadinya sih mau sekalian kugabung dengan laporan belanja buku bulan April, tapi mengingat di akhir bulan April akan ada event Big Bad Wolf yang mungkin saja bisa bikin daftarnya semakin panjang, ya sudah kuputuskan dilaporkan terpisah saja.

Pertama-tama, tentu saja buku yang kubeli secara online pada bulan Februari namun baru kuterima di bulan Maret :
02 Maret 2017
Buku-buku di tumpukan sebelah kiri kubeli dari Gramedia.com, di antaranya ada novel terakhir seri Reckoners-nya Brandon Sanderson, novel pertama serial The Trials of Apollo-nya Rick Riordan, serta novel Ziggy Z terbaru yang kubeli karena kepo. Buku-buku di tumpukan sebelah kanan kubeli dari Kompas.id. Yang bikin jengkel, di situ buku-buku Kumcer Pilihan Kompas sedang didiskon promosi 50%, padahal baru akhir Februari kemarin aku beli setumpuk di Yogya dengan diskon seadanya. Karena diskon 50% itu juga aku tumben-tumbennya membeli buku TTS Kompas, padahal selama ini meskipun diobral di pameran buku manapun tak pernah kulirik!

Selanjutnya, dalam rangka menghabiskan timbunan saldo deposit di salah satu toko buku online yang belakangan ini sangat lambat memenuhi pesanan buku terbitan terbaru yang kuminta, aku sengaja belanja buku yang dilabeli "Stok Tersedia. Dikirim dalam 24 Jam". Rata-rata buku-buku yang diobral, dan kebanyakan terbitan Alvabet:

03 Maret 2017
Buku-buku ini termasuk ke dalam tipe yang jarang kubeli dengan harga normal atau diskon standar. Dan setelah kubaca, tentunya ada beberapa yang sebenarnya jadi harta karun :)

Untuk bulan Maret, belanja komik mingguan terpaksa tertunda karena adanya perubahan proses transisi sistem internal di grup ritel dan penerbit Kompas Gramedia, sehingga aku baru pesan secara online di Gramedia.com pada dua minggu terakhir. Bete karena kurangnya bacaan bisa berakibat fatal, karena membuatku sampai sengaja datang ke obralan Bybooks dan Periplus di FX Senayan meskipun tidak ada kepentingan untuk menonton film!

18 Maret 2017
Setelah beberapa kunjungan terakhir ke Bybooks cuma melihat-lihat karena harga setelah obralnya masih ngajak bokek, kali ini aku nekad membeli beberapa buku hardcover BBC yang bikin ngiler. Selain itu tentu saja aku mencomot buku anak-anak yang murah meriah, dari karya Michael Morpurgo, Eva Ibbotson, Rick Riordan, sampai Anthony Horowitz. Di lapak Periplus aku mencomot buku-buku nonfiksi, termasuk di antaranya biografi Richard Dawkins yang ternyata asyik buat dibaca.

Di sisi lain, perubahan sistem internal di grup ritel dan penerbit Kompas Gramedia ternyata berbuah manis. Setelah beberapa bulan terakhir lamanya pengiriman buku yang dibeli secara online di Gramedia.com sempat menjadi ajang uji kesabaran bagiku, sekarang kembali cepat seperti dahulu. Buku pesananku sekarang sudah datang dalam 1-2 hari. Yay!

22 Maret 2017
27 Maret 2017
Oh iya, selain itu masih ada juga buku yang kubeli dari Periplus.com, yang kuterima di pertengahan dan akhir bulan :

22 Maret 2017
Minta Periplus kirim langsung ke Cirebon,
karena yang Human Footprint saja beratnya mencapai 3,76 kg

30 Maret 2017
Sebenarnya masih ada setumpuk komik yang kubeli online pada tanggal 30 Maret, tapi karena baru kuterima tanggal 1 April, biar kumasukkan ke Book Haul bulan April saja deh.

Eniwei... kalau dilihat-lihat, belanjaanku bulan Maret ini boleh dibilang moderat deh, apalagi yang belum kubaca tinggal beberapa buku anak-anak yang kuperoleh dari obralan Bybooks. Mudah-mudahan sebelum menyambangi BBW akhir bulan ini, aku bisa menyelesaikan peer timbunan dari Bulan Maret ini.

Yuk, tetap semangat! Bukan cuma semangat belanja, tapi juga semangat baca!

Tuesday, April 11, 2017

Sherlock: The Blind Banker

Judul : Sherlock : The Blind Banker

By : Steven Moffat, Mark Gatiss, Jay

Penerbit : m&c!

Tebal : 216 halaman

Dibeli di : Gramedia.com

Harga beli : Rp. 42.500,- (15% off)

Dipesan tanggal : 21 Maret 2017

Diterima tanggal : 22 Maret 2017

Dibaca tanggal : 26 Maret 2017

Review :
BEWARE: REVIEW MANGA INI SANGAT BIAS, karena dibahas oleh salah seorang penggemar serial teve Sherlock yang sudah menonton semua episodenya berulang kali, termasuk episode kedua season pertama yang diwujudkan dalam bentuk manga ini.

1. Cover
Sama seperti manga Sherlock sebelumnya, cover manga ini berupa flap cover, namun kali ini cover dalamnya menampilkan adegan yang sangat domestik: Sherlock sedang berpikir sambil tiduran di sofa panjang, sementara John duduk di sampingnya sambil membaca koran :)


Penampakan ini sudah cukup untuk menggambarkan jeda waktu yang cukup panjang antara buku/episode ini dengan dengan buku/episode sebelumnya, karena sudah tidak terdapat lagi kecanggungan lagi antara dua orang asing yang berbagi sewa apartemen. Sherlock dan John sudah merasa nyaman dengan keberadaan satu sama lain.

2.  Artwork & Chara Design
Tidak banyak perubahan dari manga A Study in Pink. Chara yang paling mirip masih tokoh utamanya, Sherlock, sementara karakter lain terutama para pemeran pembantu, hampir tidak ada mirip-miripnya. Ya, nggak apa-apa sih, toh tidak ada pengaruhnya ke jalan cerita, apalagi kalau yang baca bukan penonton setia serial teve Sherlock.

3. Impression
Sebagai manga adaptasi dari episode kedua season pertama serial tevenya, alur ceritanya setia mengikuti adegan demi adegan dan frame demi frame, meskipun kesan yang didapat tidak semenarik versi aslinya, terutama di bagian action-nya. Kurang menegangkan, gitu. Iya sih, manga ini tidak bisa dibandingkan dengan shonen battle manga yang adegan actionnya saja bisa memakan sebagian besar halaman, namanya juga manga misteri yang didominasi narasi. Tapi tetap saja... buat yang menginginkan adegan aksi, akan lebih asyik bila menonton versi live action-nya.

Sebagai cerita misteri, sebenarnya dari tiga episode season pertama, episode The Blind Banker ini kurang nendang dibandingkan episode lainnya. Namun demikian, sisi cerita slice-of-life yang disisipkan para kreator cukup menarik untuk disimak.

Pemirsa/pembaca digiring untuk mengikuti kehidupan sehari-hari para boga lakonnya. John yang veteran tentara dengan uang pensiun tak seberapa mulai gerah dengan statusnya sebagai pengangguran banyak acara. Perseteruannya dengan mesin kasir di supermarket sehingga ia terpaksa meminjam kartu kredit Sherlock buat belanja jelas membuatnya ingin semakin cepat punya pekerjaan selain sebagai asisten pribadi tidak resmi (dan tidak digaji) dari teman seapartemennya itu.

Sherlock sendiri sepertinya sudah tidak sungkan-sungkan lagi memperlakukan John sebagai asprinya dalam urusan investigasi. Ia tidak peduli kalau John sudah punya pekerjaan baru sebagai dokter praktek dan memaksanya ikut kerja lembur dalam "event buku" misalnya, sehingga esoknya John ketiduran seharian nyaris sepanjang jam prakteknya. Ia juga tidak mau tahu kalau John punya urusan pribadi (baca: kencan dengan Sarah) yang seharusnya tidak dicampuradukkan dengan kegiatan penyelidikan yang berbahaya dan berisiko tinggi.

Di sisi lain, Inspektur Lestrade tidak muncul di sini. Sherlock dan John berurusan dengan Inspektur Dimmock, yang jelas belum seimun Lestrade terhadap perilaku Sherlock yang menjengkelkan. Mycroft juga tidak numpang lewat di sini. Tapi seperti halnya di A Study in Pink, Moriarty sudah kelihatan hilalnya, meskipun belum tampak wujudnya.

4. In the end
Kalau melihat data yang ada di Goodreads, rupanya versi adaptasi manga serial teve Sherlock yang hanya season pertama saja, padahal masih ada episode-episode seru di season-season berikutnya. Sayang banget deh. Di sisi lain, aku siap menunggu dan membeli manga The Great Game diterbitkan di Indonesia.

Review ini dibuat untuk mengikuti tantangan berikut: